Kamis, 31 Maret 2016

KETIKA KAMU SEDANG NGOPI SORE

Seperti yang lo semua tau, nama gue ali(dengan huruf kecil semua). Gue anak teknik dengan multikemampuan (ilmu eksak,non eksak,semua olah raga bahkan game, semua gue bisa tanpa pernah gue dalemin. Tapi gue dikutuk oleh alat musik.) Gue gak sombong tapi gue cuma sadar kalo diri gue pinter. Gak salah doooooong?(Orang pinter yang bersembunyi dari manusia bagi gue gak ada gunanya bagi yang lain). Gue orang yang bener-bener pengen membuat suatu hal besar sehingga hidup gue gak terlalu monoton seperti sekarang, tapi gue terlalu males bahkan buat nafas. Salam males.

Kehidupan gue ditubuh yang gue pake sekarang bikin gue jadi orang tersantai didunia. Pembaca artikel ini yang mungkin temen gue, musuh gue atau bahkan para mantan gue, gue cuma mau bilang sama lo semua, kalo gue lagi sakit sekarang. penyakit ini bener bener baru dan belom pernah ditemukan sebelumnya. nama penyakitnya sulusa masadhaes. Virus ini berkembang biak dengan cepat dan menular kesemua yang bersahabat dengan gue. Tapi penyakit ini bisa jadi berubah bentuk 180 drajat ketika putus kontak dengan gue. Solusi agar tidak terkena penyakit ini adalah jangan bertemen sama gue, atau jangan putus kontak sama gue. Salam Sakit.

Beberapa hari gue ngobrol sama seorang sahabat gue dikampus. Gue ngobrol tentang banyak hal hingga stuck disatu pemabahasan khas para jomblo sejati. Gimana bisa dapet pacar yang cantik,baik, dan pinter. Pembahasan tentang ini selesai dengan kesimpulan bahwa kita bakal tetap menjadi jomblo. KENAPAAAAAAAAAA???? Gini-gini.. kalo lo gamau pacaran kecuali sama cewek idaman lo, dan cewek idaman memiliki ciri-ciri yang tadi gue sebutin, kita bakal bahas pake teori ekonomi. Supply and demand. Yaitu ketika permintaan pasar sangat besar dan persediaan hanya sedikit, maka harga akan naik dengan drastis. Apalah daya gue yang cuma modal otak doang? DIBUANG. Gue gak mau ngehina cowok yang cacat sempurna alias gak punya kelebihan kaya lo pade, soalnya mereka biasanya lebih hoki dari pada cowok yang punya segalanya. Salam Jomblo.

Gue pengen bahas masalah mantan, karena ini juga termasuk penyebab yang jadiin lo seorang JONES (jomblo ngenes). Ada 2 kemungkinan kenapa mantan bisa bikin lo jadi seorang jones. Yang pertama adalah ingetan/memori tentang indahnya hari-hari bersama mantan lo dulu. Yang kedua adalah lo selalu ngebandingin semua cewek yang ada disamping lo dengan mantan lo dulu. Nah ini dia kesalahan besar lo ketika masih menganggap bahwa mantan adalah barang berharga. Nah solusi dari masalah ini adalah lo harus bisa ngelupain kenangan sama mantan lo. Gimana caranya? Ada 2 cara yang bakal gue ajarin ke lo semua. Cara pertama adalah dengan memanipulasi otak lo. Jadiin dia sebagai hewan buas atau sejenis sayur-sayuran yang lo benci, sehingga otak lo gak bakal merespon dan bakal jijik dengan mengingatnya. Cara yang kedua adalah dengan tidak menyebut-nyebut namanya lagi. Biasanya ketika lo benci sama orang dan lo berusaha buat ngelupain, tapi lo malah ngejek-ngejek dia disetiap momen dan keadaan, itu kesalahan besar. Yang harus lo lakuin adalah menganggap lo gak pernah kenal dia sama sekali, dan coba untuk mendapatkan pacar baru. Salam Moveon

Jadi penyakit yang gue derita diatas jangan dicari digoogle yaaa.. penyakit gue disebut dalam kitab-kitab terdahulu dan terbaru. Penyakit yang penderitanya bakal ngomong "sudah lupakan saja, masih ada hari esok" dan nama penyakitnya diambil dari kependekan quotes tersebut. Salam sore.Salam hidup. Daun Salam. Dan ketika lo lagi ngopi sore dapet Salam dari Mantan. Salamat Menderita









Rabu, 23 September 2015

SORE HARI

      Soree hariii... Waktu yang ditunggu para pekerja, pelajar dan semua orang yg sibuk untuk pulang kerumahnya masing-masing. Teh, kopi, dan sebagian ditemani oleh selilit tembakau menjadikan waktu ini selalu dinanti. Waktu seorang suami berpacaran dengan istrinya diteras rumah. Waktu dimana seorang anak kecil menyaksikan orang tuanya berpacaran diteras rumah. Waktu dimana seorang cucu menyaksikan kakeknya menangis melihat debu dikursi sampingnya diteras rumah. Sore yang indah.

   Tulisan pertama dan kedua sangatlah berbeda. Seorang penulis akan membuang kertasnya yg penuh coretan, dan menggantikan dengan coretan yang sama dikertas berikutnya. Keraguan akan estetika pada coretan pertama, dan digantikan oleh keimanan akan eksistensi estetika pada tulisan yang berikutnya. Omong kosong. Penulis seperti itu hanya seorang sufi yang lupa akan waktu sorenya, "aku mencintai waktu sore" kata tuhan kepada musa.

       Sore telah hilang. Yang ada hanya malam. "malam yang indah"  kata para pendosa. Pendosa yang sedang sujud, maupun yang sedang asik menari ditengah alunan musik dangdut. Pendosa yang sedang berdoa, maupun yang sedang minum dan tertawa. Media sosial menjadi maya didunianya, dan makhluk sosial telah hilang ditelan masa. Yang tersisa hanyalah aku, melihat layar terpaku, dan hanya bisa berteriak "fuck you".

      Anak kecil itu duduk termenung dibangku kakeknya. Keadaan sore semakin tenang, terang, tapi terasa tegang. Ia berbisik pada jiwanya "dimana sebagian dirimu berada? Sehingga bangku berdebu disampingku terisi."  bangku bagaikan relung jiwa yang kosong. Seorang gadis cantik membenarkan tali sepatunya didepan pelataran rumah. Ia menoleh kearah bangku kayu berdebu itu. Ia tersenyum, berdiri, dan mulai beranjak pergi.

       

       
  

Jumat, 18 September 2015

Sang Sutradara

        Hari-hariku berubah ketika bertemu dengannya. Sekali, dua kali, dan berakhir dengan awal yang baru. Berbeda dengan sebelumnya, yang awalnya dia hanyalah makhluk yang berambut panjang dan konyol, berubah menjadi menawan dan indah. Indah dan semakin indah ketika hari-hariku mulai berubah. Bulu disekitar tengkuk berdiri mendengar namanya, hati gelisah mengingat senyumnya, airmata tumpah melihat dia berbicara dengan lelaki lain. Membuatku gila dan semakin sakit setiap detiknya. "penyakit yang pengidapnya menginginkan untuk ditambah penyakitnya"  kata seorang yang bijaksana.
      Malam itu ia duduk tepat didepanku. Menatap layar penuh lirik lagu yang biasa-biasa saja. Biasa-biasa saja? Itu lagu favoritku. Tidak lagi, dia lagu favoritku mulai sekarang. Kulihat rambut warna coklat, hoody warna gelap, dan celana jeans hitamnya. Ia menoleh kearahku dan mendekat. Sapaan hangat sebagai kawan, dan mengobrol layaknya sahabat dekat.'Aku baru mengenalnya bulan lalu, tapi ia sehangat ini padaku' kataku dalam hati. Haaahh.. Bodooh.. Dia hanya menganggapmu kenalan baru.
     Titik puncak kehangatan ia beri pada saat yang sama ketika ia menghilang. Ia mencintai pria lain selama ini. Sakit, dan satu-satunya sakit yang bisa kunikmati adalah cinta. Terkikis oleh waktu dan ketidakbersamaan lagi saat itu. Hilang tapi meninggalkan jejak, seakan dia sengaja agar aku terus mengikutinya. Mengikuti agar pada waktu yang tepat dapat menolongnya sebelum jatuh kedasar jurang. Akalku telah hilang, yang ada hanya jejak kakinya.
        Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Jejak telah hilang, dan bayangannya telah sampai diujung cahaya sebatang lilin. Terus berjalan mencari bagian diriku yang lain, dan berhenti dipersimpangan jalan untuk istirahat sejenak. Menghisap tembakau terasa mulai membosankan. Aku butuh kopi.
      Cahaya lilin mulai pudar karena angin. Kehampaan total tanpa cahaya, suara, dan udara membuatku haus. Aku butuh secangkir kopi. Setelah lama berakting menjadi subjek dipanggung sandiwara buatan tuhan, aku ingin berontak. "hey sutradara.. Aku bosan dengan perankuuu.."  Sutradara hanya tersenyum dan berlalu "Filmmu telah usai. Sekarang kita mulai film baru."
      Bosan menunggu peranku yang baru, seorang wanita yang tidak asing keluar dari ruang makeup dan memasuki panggung. Yaa.. Dia lagi, dia tetap menawan seperti dulu. Duduk tepat didepanku dan mulai berkata "gimana kehidupan?" hahahahahahaha... Kilmah-kilmah esoteris menyelubungi relung hati dan terjewantahkan melalui sosoknya. Pada saat itu, jika seseorang bertanya padaku tentang arti estetika, maka jawaban yang paling tepat hanyalah "dia".
      Sekarang disini aku hanya menunggu peranku selanjutnya, tuhan yang misterius hanya tersenyum dan berlalu. Aku turun dari panggung dan terlihat note yang ditinggalkan sang sutradara. "KAU PILIH PERANMU SENDIRI". Aku kedapur untuk menyeduh kopi kesukaanku. Kopi sidomukti.
      
  

Jumat, 03 Juli 2015

Erangan pendosa

   Ya akulah sang pendosa kata mereka.  Pemilik hati hampir menjadi legenda, mungkin fabel. Sayaang maafkan aku.. Dirimu tak seindah dulu. Dulu kau membuatku malu dengan tatapanmu, sekarang kau hanya tertunduk. Dulu senyummu membuatku susah membedakan rumahku dan rumahmu,  sekarang kau tersenyum sambil menunduk. Dulu pandanganmu saat melangkah membuatku mati sejenak, kini kau melangkah, tersenyum, dan tetap menunduk. Hahaha.. Mereka menyebutku pendosa.
    Secarik surat cinta hanya bualan, senandung alunan gitar hanya perangsang, kebun mawar menjadi beton bertingkat. Lalu apa yang harus kuperbuat dengan hatiku? Aku yang mengharapkan sentuhan kulitmu tak berdaya jika harus menyentuhnya melalui layar.  Sayang... Maafkan aku.. Kau tak seindah dulu. Wajahku tak setampan wajah ditanganmu, suaraku tak semerdu suara ditanganmu, badanku tak semolek badan ditanganmu. "mencintai adalah sebagian dari iman" kata pengajar disekolahku. Hahaha.. Kau sekarang hanya mencintai apa yang ada ditanganmu.
   Mimpi indah. Bermimpi hidup dipegunungan yang mengalir sungai indah dan taman bunga disisinya hanyalah dusta. Mimpi indah saat terbangun diatas kendaraan mewah yang kau impikan sekarang. Bermimpi ketika pengeran tampan membawamu dengan kudanya hanyalah dusta. Kau hanya membutuhkan pria berjas yang membawamu kekantor dengan koper penuh uang. Dan selebihnya kau hanya tertunduk melihat benda ditanganmu.
   Azan asar mulai bergema dan aku mengayuh pedal sepedaku dengan cepat. Sang pendosa bergegas sedang para alim sedang tertawa mengejek pengemis yang lewat.  Salam atas mereka yang menggantikan secarik surat cinta dengan kertas berangka,  salam atas mereka yang menggantikan setangkai mawar dengan segenggam alat suntik. Dunia tertawa dan sipendosa menangis mengayuh sepedanya kepemakaman tempat dikumandangkannya azan. 

Kamis, 12 Maret 2015

MAHASISWA DAN PENJUAL TISU


            Aku duduk disebuah kantin universitas yang sangat masyhur dinegri ini, yang tidak jauh dari kampus tempatku sekolah. Suasana yang ramai dengan cuaca yang mendukung untuk menyantap beberapa makanan kesukaanku seolah terasa hitam putih sesaat ketika aku melihat pemuda tampan dengan celana jeans belel dan kemeja body fitnya sedang merangkul anak kecil dekil dengan selusin tisu ditangannya. Aku menyantap ayam gorengku sambil melihat pemuda tersebut yang kebetulan duduk tepat disebrang mejaku. Dia berbicara kepada anak tersebut dengan senyum yang ramah. Tak lama kemudian anak tersebut melambaikan tangan kepada teman sesama penjual tisu, kemudian datang lah si anak yang satunya lagi dengan meloncat-loncat kegirangan. Ada apa dengan pemuda ini? Ia begitu tampan dan nampak jelas bahwa ia kaya tapi ia malah berkerumun dengan pengemis pengemis kecil berbadan dekil yang kuyakin badannya sangat bau.
            Leherku tersedat saat menyedot minumanku ketika melihat pemuda itu mencium kening dan tangan dari penjual tisu tersebut. Aku memindahkan makanan dan minumanku ketempat yang lebih dekat dengannya, agar dapat mendengar percakapan pemuda dengan 2 anak tersebut. “Kak, aku dan saudaraku belum makan siang.” Kata salah satu dari mereka. Pemuda itu mengeluarkan uang dari dalam kantongnya dan berkata “Wah kebetulan. Pesankan makanan juga buatku yang sama dengan kalian, dan makanlah bersamaku”
            2 anak tersebut datang dengan membawa 3 piring makanan, dan 3 gelas minuman. “kak. Coba manusia semuanya seperti kakak, teman-temanku tak kan ada yang mati kelaparan.” Pemuda tersebut hanya menunduk ketika mendengar perkataan dari salah seorang penjual tisu tersebut. Aku melihat setetes airmata yang keluar ketika ia menunduk. Tak lama seekor kucing datang dan meraung seakan ia menuntut hak dari pemuda tersebut karena sudah terbiasa. Yang benar saja, pemuda tersebut memberikan setengah jatahnya untuk dibagi kekucing. “Siapa pemuda ini?” Tanyaku dalam hati yang semakin penasaran.
            Beberapa saat kemudian pemuda itu meminta maaf dan mencium kening kedua anak tadi lalu beranjak dengan tergesa-gesa. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak. Aku yang semakin penasaran menghampiri kedua anak tadi untuk bertanya. “Hai.” Sapaku. “Hai kak.. mau beli tisu?” jawab salah seorang dari mereka. “hmmm... boleh deh satu.” Jawabku sambil memberikan uang dan menerima tisu dari mereka. “Hei dek.. boleh gak aku tanya masalah pemuda yang bersama kalian tadi?” tanyaku pada mereka dengan senyum ramah. “ohhh Kak Ahmad? Kenapa emangnya kak?” jawab mereka sambil menunjukan wajah ceria. “ Tolong ceritakan dong tentang kak ahmad kalian itu”.Sejenak mereka berpikir lalu berbisik membuat kesepakatan dan Mereka menjawab dengan semangat “oke kaak.. belikan 2 gelas es teh dan Aku akan ceritakan tentang malaikatku itu”. Aku beranjak dari kursiku dengan cepat dan kembali dengan membawa 2 gelas es teh manis untuk mereka. “Aku akan ceritakan tentang kak ahmad dari awal kami bertemu” kata salah satu dari mereka. “Dia adalah mahasiswa kampus ini. Ketika aku dan saudaraku mulai bekerja untuk menjual tisu disini, aku menawarkan tisu kepadanya. Ia sedang membaca sebuah surat yang kurasa sebuah surat cinta. Ia tersenyum ketika melihat kami dengan airmata yang penuh dikelopak matanya. Aku bertanya padanya ‘kak mau beli tisu?’. Ia menggenggam tanganku dan tangan adikku lalu memeluk kami berdua. Lalu ia berkata dengan air mata yang sudah mengalir dikedua pipinya ‘apakah kalian sudah makan?’ kekami belum sempat menjawab ketika ia sudah mengeluarkan isi dompetnya tanpa melihatnya, lalu memberikannya kepada kami dan berkata ‘belilah makanan sesukamu’. Adikku terperangah melihat uang tersebut. Lalu aku berkata pada adikku ‘Surat cinta bukan sekedar penyelamat bagi yang mendapatkannya. Ia juga penyelamat bagi mereka yang kelaparan'. Kemudian kak ahmad tersenyum mendengar perkataanku itu dan mengecup kening kami. Ia pamit untuk pergi menemui seseorang,dan kami disuruh untuk menemuinya disini setiap hari”.
            Aku tak berkedip sedikitpun mendengar tiap untaian kalimat yang keluar dari mulut anak kecil dekil yang begitu cerdas ini. Mereka berhenti bercerita bersamaan dengan habisnya es teh digelas mereka. Mereka beranjak dari kursi mereka dan berpamitan untuk pulang. Aku berkata pada mereka “Satu pertanyaan lagi dan aku akan membeli lagi tisu kalian”. “katakanlah” kata mereka bersamaan. “kenapa ia begitu tergesa-gesa ketika pergi tadi?” tanyaku. Mereka tersenyum dan berkata “Panggilan kekasih lebih utama dari kami”. Bersamaan dengan menghilangnya mereka dari jarak pandang, berkumandanglah adzan asar. Aku hanya bisa tersenyum dan menangis.

                Ali sajjad. 12 maret 2015

Minggu, 18 Januari 2015

Sajak sore

Ali
Sosok yang tak bisa difahami, tak bisa diketahui, tak bisa dikenal. Seorang yang merubah gagak menjadi putih karena mencintainya. Dan merubah merpati legam karena membencinya. Menjadi raja dalam kedermawanan. Menjadi cengeng ketika malam. Menjadi pahlawan ketika siang. Seorang yatim berbangga karena ayahnya adalah ali, dan yang lainnya berharap menjadi yatim karenanya. Membuat iblis menangis karena mencintainya, membuat diri berbangga karena menyebut namanya. Membuat air mata mengalir disungai kasih sayangnya, merajut tirai kedengkian dan kefanaan ketika mengingatnya. Hancur lebur yang memeranginya, abadi yang membelanya. Hanya air mata cinta yang dapat mengantarkan kita kepada seseorang yang bangga ketika menyebut dirinya "akulah sang budak muhammad". Ali namanya. Hanya sekedar nama yang dapat terucap. Tak dapat mengartikan dari tiga huruf tersebut siapa dia. Ain lam dan ya'. Hanya Tuhan dan muhammad yang tau siapa ali. Dan hanya ali yang tau siapa Tuhan dan muhammad.
14november 2014. Ali habsyi

Rabu, 14 Januari 2015

Syair sore

"Kehidupan tak semudah yang kau pikirkan"
Itulah yang dikatakan peternak koki sang ikan.
Burung gagak memakan rumput,bangkai miliknya telah dimakan.
Tidakkah kau melihat diistana? Disahara burung nazar tertekan

Hei,bukankah orang buta tak perlu menggunting kelopak matanya? Bahkan ia terjaga tanpa cahaya.
Sang penyair berkata"baca dan dengarkanlah, tetapi jangan mencoba untuk menafsirkan. Bukankah tugan lebih mengetahui ciptaannya?"

Ingatlah darah yang mengalir dikepala sang ksatria.
Sang durjana meneguk kencing bangsa aria.
Mungkin kau menangis mendengar kabar disyiria
Karna ulah kaum bodoh yang menyakiti maria

Rasakan secawan air mata dan darah, kawan
bahkan lebih manis dari menjilat bibir bidadari yang diolesi madu.
Seorang pecinta berkata: "jangan kau pejamkan matamu untuk melihatku didalam pikiranmu. Bercerminlah sayang, karna aku adalah kamu"